Senin, 21 Oktober 2019

Kenapa 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional?

*Cerita asal mula kronologi kenapa adanya HARI SANTRI NASIONAL :*

*HARI SANTRI NASIONAL*

_*RESOLUSI JIHAD*_
*(sejarah yang di terlupakan atau SENGAJA di lupakan?)*

Indonesia merdeka tanggal 17 agustus 1945, namun belum genap 1 bulan usia kemerdekaan, Indonesia langsung mendapat ujian yg berat. Tentara sekutu yang membonceng tentara Belanda mendarat di jakarta dan kota-kota besar lainya di Indonesia.

Bung Karno dan Bung Hatta berupaya melakukan upaya DIPLOMATIK untuk mendorong tentara sekutu bekerja profesional hanya mengurus tahanan saja dan tidak mengutak ngatik _Status kemerdekaan Indonesia,_ namun upaya itu tidak membuahkan hasil.
Bung Karno galau saat itu, beliau menganalisa bila sampai terjadi peperangan secara Sistematis, Indonesia pasti tidak akan bisa mengalahkan tentara sekutu, karena persenjataan mereka jauh lebih lengkap dan keahlian militernya lebih memadai.

Atas saran dari *Panglima Besar Jenderal SUDIRMAN,*  Bung Karno di minta untuk mengirim utusan Khusus kepada *Roisul akbar Nadhatul 'Ulama* (Ketua Umum NU) yaitu *Hadrotus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari*  di Pondok Pesantren _Tebu ireng Jombang._
TUJUANYA untuk meminta FATWA kepada Kyai Hasyim tentang bagaimana Hukumnya BERJIHAD membela negara yang notabene bukan negara islam seperti Indonesia.
Kyai Hasyim lantas memanggil
K.H. Wahab Hasbullah dari Tambak Beras Jombang. Kyai Wahab di minta untuk mengumpulkan para Ketua NU se Jawa-Madura untuk membahas persoalan ini, bukan hanya itu saja, mbah Kyai Hasyim juga meminta kepada para Kyai-Kyai Khos (utama) NU, untuk melakukan Sholat istiqoroh, salah satunya adalah mbah Kyai Abbas dari Pon-Pes Buntet Cirebon Jawa Barat.

22 oktober 1945 seluruh Delegasi NU Sejawa & Madura telah berkumpul di Kantor Pusat Ansor di Jl. Pungutan surabaya.
Kyai Hasyim langsung memimpin pertemuan tersebut dan kemudian di lanjutkan oleh Kyai Wahab. Setelah berdiskusi yang cukup panjang dan mendengarkan hasil istikhoroh para kiyai utama NU, pada esok siangnya tanggal 22 oktober 1945 pertemuan menghasilkan 3 rumusan penting yang kemudian di kenal dengan istilah RESOLUSI JIHAD NU

Isinya :
*Pertama :*
_*SETIAP MUSLIM , TUA, MUDA DAN MISKIN SEKALIPUN WAJIB MEMERANGI ORANG KAFIR YANG MERINTANGI KEMERDEKAAN INDONESIA.*_
*Ke-dua :*
_*PEJUANG YANG MATI DALAM PERANG KEMERDEKAAN LAYAK DIANGGAP SYUHADA' (mati syahid)*_
*Ke-tiga :*
_*WARGA YANG MEMIHAK KEPADA BELANDA DIANGAP MEMECAH BELAH KESATUAN DAN PERSATUAN OLEH KARENA ITU HARUS DI HUKUM MATI.*_

Dokumen Resolusi JIHAD di tulis dalam huruf ARAB-JAWA atau di sebut *huruf PEGON,* yang di tandatangi oleh K.H Hasyim Asy'ari, lalu di sebarluaskan keseluruh jaringan pesantren, tak terkecuali kepada para Komandan LASKAR HIZBULLAH & SABILILLAH di seluruh penjuru Jawa dan Madura.
Dokument Resolusi Jihad juga di muat dalam sejumlah media masa pergerakan pada masa itu, hanya berselang 3 hari pasca RESOLUSI JIHAD di cetuskan, 6.000 tentara sekutu mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan persenjataan lengkap.
Mendengar kedatangan pasukan PENJAJAH, RIBUAN SANTRI, MUJAHIDIN & PARA KIYAI Sejawa Timur bergerak menuju SURABAYA dan situasi pun terus memanas dan cenderung tidak terkendali.
RESOLUSI JIHAD NU telah memompa semangat PERALAWANAN RAKYAT dan MEMICU TERJADINYA PERTEMPURAN HEBAT selama 3 hari 3 malam di Surabaya, tanggal 27 sampai tanggal 29 oktober 1945. Tentara Inggris KEWALAHAN menghadapi perlawanan RAKYAT JAWA TIMUR.

Inggris lantas mendatangkan SOEKARNO ke Surabaya untuk di ajak berunding melakukan gencatan senjata. Pagi hari tanggal 30 oktober gencatan senjata di tandatangani pemerintah INDONESIA dan INGGRIS, namun pada sore harinya terjadi insiden di *jembatan merah*  yang menewaskan orang no.1 tentara inggris di surabaya yaitu JENDRAL MALLABI, gencatan senjatapun langsung berakhir.
Pengganti Jenderal Mallabi yaitu Jendral ROBERT MANSION mengultimatum laskar pejuang dan tentara Indonesia agar menyerahkan senjata kepada inggris paling lambat 10 november 1945, jika TIDAK inggris mengancam akan membumi hanguskan SURABAYA dan MEMBOMBARDIR Surabaya dari 3 arah sekaligus LAUT, DARAT dan UDARA.

Mendengar ancaman itu, para komandan LASKAR HIZBULLOH, SABILILLAH, MUJAHIDIN, TKR dan PARA SANTRI marah besar.
seorang pemuda bernama Soetomo atau yang lebih akrab di panggil BUNG TOMO, sowan kepada Kiyai Hasyim, meminta izin untuk menyebarluaskan RESOLUSI JIHAD MELALUI RADIO. Pada Pidato Bung Tomo.

K.H. ahmad Muchid Muzadi (Pemuda Anshor 1945 dari Jember Jawa Timur) Mengatakan : *" Hai.. Tentara inggris, ayo kita berperang, kita ini tidak takut, kalau mati kita syahid, kalau hidup kita akan menjadi bangsa yang merdeka ".*

Ustadz Muhammad Yahya Waloni (Pendeta yang Muallaf) dari Manado Sulawesi. Mengatakan :
*" Indonesia itu merdeka bukan dengan teriakan _Haleluya_  akan tetapi dengan Teriakan dan Pekikan Takbir.. Allohu Akbar.. Allohu Akbar.. Allohu Akbar.. "*
Pasukan terdepan yang bertempur di Surabaya adalah :
(1). *Laskar Hizbullah* yang di pimpin oleh K.H. Zainal Arifin, dari Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Wafat di Jakarta.
(2). *Laskar Sabilillah* yang di pimpin oleh K.H. Masykur, dari Pon-Pes Mishbahul Wathon (Pelita Tanah Air) Singosari Malang Jawa Timur.
(3). *Barisan Mujahidin Indonesia* yang di pimpin oleh
K.H. Wahab Hasbullah Pon-Pes Tambak beras Jombang Jawa Timur.
(4). PETA Sebagian besar Batalionnya di pimpin oleh Para Kyai NU.
(5). Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Resolusi Jihad NU (Sejarah yang terlupakan) Cukup di sayangkan, karena Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945 *Tidak tercatat dalam Sejarah Resmi Indonesia.* Ada upaya untuk menghilangkan jejak peran *para Santri dan Kyai* dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hal itu di duga terkait dengan kebijakan Rasionalisasi, Nasionalisasi dan Modernisasi TKR, yang mengakibatkan para *Milisi terdepak* dari TKR. Walau sedikit kecewa pada pemerintah saat itu, tapi para pejuang NU tetap sadar bahwa mereka berjuang bukan untuk pemerintah, tapi membela negara dan tanah air, mereka tetap setia dengan Resolusi Jihad dan tetap selalu menjaga serta membela NKRI.
Mereka tidak pernah berfikir untuk melawan pada pemerintah yang sah, apalagi memberontak dan KUDETA. Bahkan mereka berperang lagi menghadapi Agresi Militer Belanda tahun 1947-1948.
Semoga yang gugur membela NKRI menjadi Syuhada'..

Aamiin Allahumma Aamiin..

*SELAMAT HARI SANTRI*
*SAVE NU*
*NKRI HARGA MATI*

Selasa, 28 Agustus 2018

KATONG BASODARA (KITA BERSAUDARA) - SOE TIMOR TENGAH SELATAN NTT


KATONG BASODARA (KITA BERSAUDARA)

Oleh : Budianto, S.H

(Program Bina Kawasan Kemenag RI Koridor SOE-TTS-NTT)
        Menjelajah bumi Nusantara adalah salah satu dari jutaan impianku, saya begitu terpesona dengan Indahnya Indonesia dengan ragamnya perbedaan yang indah nan damai menyatu dalam bingkai NKRI yang sering diucapkan oleh Guruku disekolah serta eloknya alam Indonesia yang sering kulihat di televisi. Keingian ini semakin menjadi setelah saya memutuskan untuk menuntul ilmu di Pondok pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor pimpinan Umi Waheeda istri dari sang Guru besar pendiri Pondok Pesantren, karana dipesantren itu terdapat lebih dari 15.000 santri yang datang dari sabang sampai Marauke, dari situlah banyak ku tau ragam bahasa dan kebudayaan dari mereka yang  berasal dari pelosok Indonesia dan saya pun semakin penasaran bagaimana keadaan sebenarnya di daerah perbatasan itu?
Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku, September 2017 saya mengikuti seleksi dari  kementrian agama RI yang mengeluarkan program baru yang cukup strategis untuk membina keagamaan di daerah 3T (Terdepan, teluar dan tertinggal) dengan nama Program Bina Kawasan RI. Program Bina Kawasan menurut saya sangatlah strategis dalam mengembangkan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan yang rahmatan lil`alamin dan berkarakter keindonesiaan juga sebagai penguatan rasa persatuan dalam bingkai NKRI yang merupakan pembangunan di bidang agama yang pada hakikatnya bertujuan untuk memajukan kualitas masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu menciptakan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik manusia sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam lingkungannya. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu bentuk pembangunan agama adalah terciptanya kerukunan hidup umat beragama yang lebih mantap dan dinamis. Semakin mantap kerukunan dan keserasian intern umat beragama dengan pemerintah akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta stabilitas nasional serta menyadari diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar.
     Dari 50 peserta yang lolos seleksi sebagai delegasi Bina Kawasan, saya adalah salah satu diantaranya dan siap ditempatkan diseluruh provinsi di Indonesia untuk membina keagamaan. Jum’at, 15 Desember 2017 aku diberangkatkan bersama 31 teman dari pesantren untuk dikirim keseluruh kawasan 3T. Ada rasa sedih dan haru ketika pemimpin pesantren kami Umi Waheeda dan Habib Muhammad Waliyullah Bin Habib Saggaf BSA di hadapan ribuan santri melepas kita untuk bertugas perbatasan. Sesuai dengan SK kemenag RI, aku ditempatkan di Nusa Tenggara Timur (NTT) beserta tiga rekan lainnya, yakni Chandra Wirana di Kab. Atambua, Sarmad di Kab. Rote Ndao dan Ilham Hidayat di Kab. Sumba Timur. Sedangkan aku ditempatkan di SoE Kab. Timor Tengah Selatan.
     Hari yang baru di NTT, 15/12/17 pukul 16.30 Wita kami empat orang peserta bina kawasan sampai di Bandara Internasional El Tari Kupang NTT, kami disambut baik dan ramah oleh Bapak Dahlin dkk. perwakilan dari kemenag Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kamipun di jamu serta dilayani dengan sangat terhormat. Sejenak aku tertegun, ramah dan baik sekali orang NTT ya ! Sebelum kami disebar tugas di kabupaten, kami diajak jalan-jalan dahulu oleh kemenag Kanwil NTT untuk berkeliling kota Kupang sampai pantai kupang. Subhanallah.....Sungguh elok bumi Indonesia ini, sungguh anugerah yang besar bagi bangsa Indonesia dikaruniai Alam yang indah serta penduduknya yang baik dan ramah.
     Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue. Ibukota NTT, Kupang berada di Pulau Timor yang bertetangga dengan Timor Leste. Banyak pulau ini juga menghasilkan beragam kebudayaan dan ada ratusan suku yang mendiaminya.
      Agama Kristen Protestan merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Timor Tengah Selatan yaitu sebesar 88%, diikuti oleh Kristen Katolik dan Islam. Islam adalah agama minoritas yang dipeluk dengan presentase 9,05 % dari 4.683.827 penduduk di Nusa Tenggara Timur. Agama Islam pertama kali memasuki Nusa Tenggara Timur pada abad ke-15 yang dibawa oleh para pedagang dan ulama tepatnya di Pulau Solor, Flores Timur. Penyebaran agama Islam ini pertama kali dilakukan seorang ulama pedagang dari palembang yang bernama Syahbudin bin Salman Al Faris yang kemudian dikenal dengan sebutan Sultan Menanga. Daerah selanjutnya yang dimasuki Islam adalah Ende, Alor, seluruh Flores, Timor, dan sumba.     
                Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini dikenal sebagai satu daerah terluar di Indonesia sebagai daerah memiliki nilai-nilai toleransi yang tinggi dengan semboyan, Nusa Toleransi Terindah atau NTT. Soal kerukunan beragama, masyarakat NTT yang mayoritas beragama Kristen Protestan dan Katolik hidup berdampingan dengan mereka yang memiliki keyakinan berbeda seperti Islam dan Hindu serta bersikap ramah kepada pendatang. Penampilan fisik mungkin terlihat tidak seperti orang-orang yang kita kenal, kulit memang lebih gelap tak lantas membuat NTT menghasilkan orang-orang berwatak kasar. Jika kita berkunjung ke NTT, maka mereka akan menyambut dengan senyuman ramah yang khas dan kepribadian yang hangat. Lingkungan dan alam yang cukup sulit memang menjadikan orang-orang NTT harus lebih keras dalam berusaha tetapi tidak membuat mereka selalu berlaku kasar.
                Di tengah maraknya isu seputar diskriminasi agama, masyarakat Indonesia boleh menengok sejenak ke Provinsi Nusa Tenggara Timur. Titik cerah nampak di provinsi ini. NTT dinilai sebagai provinsi yang memiliki teladan baik soal kerukunan umat beragama di NTT benar-benar dijaga. Hal itu tercermin dari tidak adanya konflik atau permasalahan besar yang disebabkan perbedaan agama, di daerah yang keberagaman agamanya tinggi. Toleransi mereka sangat tinggi. Padahal penganut agama di sini sangat beragam. Namun, mereka tak terusik oleh semua perbedaan agama yang ada. Bahkan pada bulan Desember tahun 2015 Mentri Agama menganugerahkan trofi kerukunan umat beragama kepada masyarakat NTT yang diwakilkan kepada Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya sebagai juara pertama tingkat nasional, ini menjadi hal yang membanggakan masyarakat Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi tertoleransi di Indonesia yang merupakan nilai super karena kerukunan beragama saat ini menjadi sesuatu yang mahal di tengah begitu maraknya konflik dan pertikaian berlatar belakang agama.
                Dalam penugasan, saya ditempatkan di SMP N 1 SoE yang masih dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang merupakan salah satu daerah tingkat dua yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki luas wilayah seluas 3947 km persegi yang terdiri dari : 21 kecamatan, 12 kelurahan, 207 desa. Berdasarkan datadari  badan pusat statistik kabupaten timor tengah selatan yang saya dapat di tahun 2018 terdapat  465.970 jiwa penduduk kabupaten Timor Tengah Selatan, 3000 yang sedangkakan data dari Kemenag Kabupaten TTS  penduduk muslim di kabupaten ini  muslim mencapai 3.000 jiwa atau sekitar 15 % Islam di kabupaen TTS.
                Menurut informasi yang saya dapat, Agama Islam masuk dan berkembang di Kabupaten TTS mulai tahun 1951 silam. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Kabupaten ini bermula hanya dari 20 kepala keluarga (KK). Dari 20 KK yang berstatus PNS inilah menjadi cikal bakal perkembangan agama Islam di TTS.  Hal ini semakin memotivasi saya sebagai utusan resmi Kementerian Agama RI dalam program Bina Kawasan akan mampu mengembangkan Islam serta memberi semangat belajar agama pada generasi muda di TTS.
                 Pada tahun 1951, Saat itu  belum ada masjid satupun sebagai tempat ibadah bagi umat Islam. Mesjid Nurus Sa’dah yang terletak di jalan Diponegoro merupakan masjid pertama yang dibangun di Kabupaten TTS pada tahun 1951 silam. Setelah itu Islam mulai berkembang pesat ditandai masuknya orang Bugis, Jawa dan Padang ke Kabupaten TTS. Umat Muslim di TTS tetap berbaur dengan masyarakat lainnya. Tidak ada tempat tinggal atau perkampungan khusus bagi umat Islam. Hal inilah yang membuat kehidupan antar umat Islam dengan umat lain di TTS tetap harmonis hingga sekarang.
Tanggal 19 Desember 2017 saya bersama Kemenag Kabupaten Timor Tengah Selatan di antarkan ke sekolah tujuan yakni di SMP N 1 SOE. Kemudian saya diterima baik dan ramah oleh Kepala Sekolah yakni Bapak Freedik Ch. Suratman. Beliau mengatakan sudah menunggu-nunggu kedatangan guru agama Islam, karna memang kekurangan guru agama. Karna pendidikan agama dan karakter sangatlah penting untuk membangun generasi.
Petualangan dalam tugas di mulai,  di Kota SOE yang biasa disebut “Kota Dingin”, "The Freezing City" atau "Kota Membeku" karena cuaca di kota ini jauh lebih dingin dibandingkan kota lainnya di Pulau Timor. Kota ini berjarak 110 km dari Kupang, atau sekitar 185 km dari Atambua. Masyarakat di kota Soe sama seperti halnya di daerah NTT lainnya, yakni khas dengan keramah tamahan serta toleransi yang tinggi. Kota Soe adalah satu-satunya kota di kabupaten Timor Tengah Selatan dan Jumlah Masjid di Soe sementara hanya ada tiga masjid, yakni Masjid Lama Nurussa’dah, Masid Sabilil Muttaqin dan Masjid Raya Al Ikhlas.
Kegiatatan utamaku di Soe adalah mengajar pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di SMP N 1 SoE. Siswa di SMP N 1 Soe mencapai 1.164 siswa dan yang beragama Islam ada 75 Siswa. Banyak diantara siswa muslim di SMP 1 yang yang tidak bisa membaca al Qur’an, bahkan banyak yang tidak tahu bacaan sholawat itu seperti apa. Maka sebelum pelajaran dimulai para siswa saya ajak untuk mengaji terlebih dahulu untuk menanamkan cinta terhadap Al Qur’an, sedangkan siswa yang belum bisa membaca Al Qur’an saya bawakan buku Iqra’ sebagai dasar pemula membaca al Qur’an. Al hamdulillah setelah berjalan  tiga bulan para siswa sudah 80 % bisa membaca Al Qur’an. Sedangkan kegiatan ubudiyyah lainnya seperti sholat saya sangatlah menekankan, setelah di Survey yang melaksanakan solat diantara para siswa hanya 20 %, maka dari itu sebelum pelajaran di mulai dan setelah usai mengaji Al Qur’an hal utama yang saya tanyakan adalah “anak-anak sudah mengerjakan PR?” PR yang dimaksud tak lain adalah sholat lima waktu, karna shalat adalah tiang agama dan yang akan mencegah perbuatan keji dan mungkar, maka dari itu PR utama yang saya berikan kepada peserta didik adalah sholat lima waktu. Dan alhamdulillah berjalan dan sudah mencapai 90 % yang sholat. 10 % sisanya masih bolong lantaran mereka masih susah bangun subuh. Pelajaran inti yang saya berikan pada peserta didik yakni menitik beratkan pada aspek ubudiyyah serta aspek sosial seperti saling menghargai, peduli dan juga toleransi.
Sedangkan kegiatan lainya diluar jam sekolah yakni mengajar mengaji malam setiap malam setelah magrib di TPQ Sabilil Muttaqin di Masjid Sabilil Muttaqin kelurahan Taubneno, dan setiap malam Jum’at para santri yang mengaji saya ajak untuk membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, membaca Tahlil, Tahmid serta surat Yasiin. alhamdulillah berjalan dengan istiqamah. Dan diluar itu juga penulis aktif di kegiatan pengajian rutin mingguan Al Karomah di kota Soe.
Dan untuk pembekalan pendidikan karakter serta keterampilan bagi generasi di kota Soe, penulis aktif untuk mengajar Pramuka serta keterampilan edit vidio, jurnalistik dan juga design grafis di SMP N 1. Bahkan di Mts Al Ikhlas serta di MA. Nurul Hikmah Soe. Karna pendidikan etika dan karakter sangatlah penting untuk membentuk jati diri yang luhur bagi generasi serta keterampilan sebagai bekal untuk dibutuhkan banyak orang serta sebagai jalan untuk mencari karunia rezeki. Dalam aktif dalam kegiatan pramuka, pengurus Kawrtir Cabang Timor Tengah Selatan langsung mengangkat saya tanpa syarat sebagai tim kerja kwarcab untuk menghidupkan dan membangun kegiatan kepramukaan di kabupaten. Penulis juga aktif di kegiatan pencak silat kota Soe untuk menjalin banyak silaturahim.
Adahal unik yang saya temui di sini, toleransi yang begitu indah yang mungkin belum saya temui di daerah lain. Saling menghargai kepercayaan, saling berkunjung di saat hari raya juga saat acara-acara besar keagamaan. Dan ternyata keingin tahuan masyarakat non Muslim  tentang Islam sangatlah tinggi. Itu terbukti disela-sela istirahat atau jam kosong mengajar banyak Guru-guru agama Katolik,Proteestan dan juga agama Hindu yang bertanya tentang bagaimana Islam, terkadang kami juga saling berdiskusi bagaimana agama dan suku tetap harmonis. Subhanallah,,,,sungguh terkesan saya dengan dekat dan rukunnya keberagaman di Soe. Bahkan, saya sering di undang di persekutuan umat kristen Protestan untuk mengikuti acara mereka, bahkan dalam beberapa sambutan mereka menyatakan kagum dengan sikap dan perilaku orang Muslim, terlebih contoh sosial yang saya perlihatkan kepada mereka. Diantara jemaat, beberapa dari mereka sering bertanya tengtang Islam dan kebaikan-kebaikan yang diajarkan Islam. Bahkan belajar membaca Al-Qur’an. Subhanallah.... Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, barokah dan Hidayahnya untuk kota SoE, juga seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur. Aamiin.....
Dalam Al Qur’an sudah dijelaskan tentang bagaimana kita harus saling mengenal dan bertoleransi, yakni : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat ayat 13)

Dalil diataslah yang sering penulis gunakan sebagai dasar pembentukan toleransi pada diri generasi dan masyarakat SoE yang sering penulis sampaikan di sekolah-sekolah maupun di tempat ibadah masjid bahkan terhadap beberapa perkumpulan jemaat kristen di SoE. Tentang  perbedaan, Sejak dulu perbedaan sering menjadi akar suatu masalah. Perang tak berhenti menghiasi bumi yang semakin menua. Sejak manusia belum mengenal tulisan, sampai sudah menginjakkan kaki ke bulan dan menciptakan berbagai teknologi super canggih, perang tak pernah alpa menyapa. Contoh terbaru tengok apa yang sedang berkecamuk di negara TimurTengah serta perang-perang lainnya, termasuk perang antar suku yang beberapa kali terjadi di Indonesia. Banyak harta dan nyawa yang terbuang sia-sia.
     Indonesia memiliki keberagaman budaya serta agama yang patut dibanggakan. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara majemuk. Oleh karena itu perlu adanya toleransi dan saling menghargai yang tinggi. Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi dengan manusia lain dengan baik. Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan agama atau ras. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati,karena KITA BERSAUDARA.
NKRI HARGA MATI !!!!